Usia 22... sudah lewat target untuk menikah. Di usia 26 kini berubah status. Aku mensyukuri. Tentang berubahnya status yang kuinginkan sejak lama. Namun aku begitu menyesali, kenapa nggak dari dulu. Dosa yang menumpuk itu, harusnya sudah jadi ladang ibadah untukku. Sejak aku menemukanmu. Kira-kira 23 tahun lalu.
Ya, aku amat bersyukur pada pernikahan sakral di penghujung tahun 2018 lalu. Bulan Desember, nyaris saja penundaan terjadi. Karena "ngeyel"ku pada orang tua yang ingin segera menikah. Karena bukan lagi tentang ingin segera mengubah status menjadi menikah. Tapi karena kekhawatiran hubungan yang semakin terarah pada jejak hina.
Dan untuk tak lebih hina, aku menghinakan diri dengan membantah nasihat orang tua. Untuk menyudahi semua dosa, aku mendosakan diriku sendiri dengan kata-kata tak pantas ada orang tuaku.
Entahlah... bagaimana aku harus meyakinkan mereka. Namun yang ada, aku tak dapat meredam emosiku sendiri.
Diiringi derai air mata dan bantahan, makian... akhirnya aku menikah.
Mungkin seperti ini jalannya.
Satu hal yang aku sesalkan... tak elegannya permohonanku pada orang tua, hanya karena ingin menyudahi kegiatan haram itu.
Aku menyadari semua..
Namun, aku juga tak bisa apa-apa.
Ah, mungkin aku tak kuasa dengan apa yang harusnya kulakukan sejak dulu dan apa yang seharusnya tak kulakukan sejak dulu.
Menikahlah, dengan cara dan proses yang elegan.
Jangan ikuti caraku.
Karena menikah tetaplah menjadi kebenaran dan kebaikan.
Hanya pilihlah dengan menjalaninya secara elegan.