Tuesday, January 5, 2016

Pertempuran 1 Hari di Semarang #PergulatanHati

Subuhku ─ memeluk dingin, merangkul sunyi, berkawan kokok ayam dan burung bersiul merdu. Tanpa tetesan embun, hanya sisa2 air yang akan menjelma malaikat bila menetes.
Di suasana sisa perpaduan udara engap kamar yang bergumpal dengan kipas angin. Di dalam rumah, mengasingkan diri. Mengunci diri dari terbitnya fajar. Matahari enggan masuk. Cukup tembok menjadi pagar betis kemenanganku.

Pertempuran hari itu, belum selesai. Dan dimulailah genderang perang blok lain.
Aku dengan bosan.
Sehari, dua hari, tiga hari, matahari kembali dan terus kembali. Namun ternyata aku telah terbiasa, berkecimpung dengan bosan.
Rupanya, mengasingkan diri lebih dari sekadar berteman sunyi, senyap. Ini lebih parah. Dengannya, kau memendekkan usia, melawan dirimu sendiri, dan memutus duniamu dari mentari dan berkawan pijar lampu.

Malam, sesekali menengok ke luar. Bulan tak tersenyum, dia sedang mati dalam fase perjalanannya.
Dan aku hanya bisa berdiri, dan diam-diam berharap,lalu menitipkan salam.
Jika esok berganti dan kau jatuh. Sedang mentari beranjak naik,  sampaikan di persimpangan pergantian itu, aku rindu, tapi aku enggan.
Semalam berkawan rembulan, dan pagi hanya jadi dongeng.
Hingga terbitmu tak kulihat
Kurasa, maaf tapi aku tak kuasa.


Dan kamu tahu aku apa?
Aku yang perlahan meredup meninggalkan penyimpanan segerembolan hina
Hina pergi, namun simpanan demi simpanan terus kubawa lari, lompat-melompati tujuh generasi.

Semarang, 05 01 2016anastiea.blogspot.com

No comments:

Post a Comment